Ngeri! 15.000-an Warga Sudan Terbunuh Akibat Kekerasan "Militer"

Ngeri! 15.000-an Warga Sudan Terbunuh Akibat Kekerasan "Militer"

broken image

 Setidaknya 10 ribu hingga 15 warga Sudan di satu kota Darfur Barat dilaporkan terbunuh tahun lalu. Akibat kekerasan etnis oleh paramiliter Rapid Support Forces (RSF/ Pasukan Dukungan Cepat) dan milisi Arab sekutunya.

Data tersebut dilaporkan pemantau saksi independen pada Dewan Keamanan PBB. Laporan itu mengaitkan jumlah korban di El Geneina dengan sumber intelijen dan membandingkan dengan perkiraan 12 ribu orang terbunuh setelah perang meletus antara RSF dan militer Sudan.

Para pemantau menuliskan terjadi kekerasan hebat di sana antara bulan April 2023 hingga Juni 2023. Mereka juga menuding RSF dan sekutunya menargetkan suku Masalit Afrika.

"Serangan jadi kejahatan perang dan kejahatan pada kemanusiaan," ungkap mereka, dikutip dari Reuters, Sabtu (20/1/2024).

"Serangan telah direncanakan, dikoordinasikan dan dilaksanakan RSF dan milisi Arab," tulis para pemantau dalam laporan itu.

Reuters juga telah melaporkan kekerasan yang terjadi di Darfur Barat. Berdasarkan ratusan wawancara, masyarakat Sudan menggambarkan kejadian mengerikan di El Geneina dan 30 km dari kota ke perbatasan saat banyak orang melarikan diri.

Laporan pemantau juga menyebutkan 12 ribu orang melarikan diri dengan berjalan kaki menuju Adre pada periode 14-17 Juni lalu. Eksodus besar-besaran tak terelakkan karena kebanyakan orang El Geneina merupakan suku Masalit.

Namun saat diperiksa oleh RSF, mereka dilecehkan hingga diserang secara fisik. Banyak orang yang diidentifikasi sebagai Masalit langsung ditembak di kepala.

Target RSF adalah laki-laki muda. Namun juga penembakan membunuh banyak perempuan dan anak-anak.

"Para laki-laki muda menjadi sasaran dan diinterogasi mengenai etnis mereka. Jika teridentifikasi sebagai Masalit, banyak dari mereka dieksekusi di tempat dengan tembakan di kepala. Perempuan diserang secara fisik dan seksual. Penembakan tanpa pandang bulu melukai dan membunuh perempuan serta anak-anak," kata para pemantau.

Sebelumnya RSF membantah tudingan tersebut dan mengatakan akan mengadili tentara yang terlibat. Namun mereka tak segera menanggapi permintaan berkomentar.