Berkat Bantu Tentara Usir Belanda, Salim Jadi Crazy Rich RI
https://precise-cat-fv87lt.mystrikingly.com/ Tanpa ikut turun gunung membantu tentara mengusir Belanda dengan menyuplai logistik perang, barangkali nasib Salim akan berbeda. Sebab di masa perang dia banyak berkenalan dengan tentara. Perkenalan itulah yang tak diduga mengantarkan Salim menjadi orang terkaya di Indonesia. Bagaimana ceritanya?
Perkenalan membawa berkah
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sudono Salim alias Liem Sioe Liong bisa bernafas lega. Dia yang sebelumnya sempat ditahan dan hartanya disita pemerintah Jepang, bisa memulai kehidupan baru sebagai pedagang. Bagi Salim, setelah kemerdekaan jadi momen terbaik untuk kembali mengumpulkan tabungan. Apalagi, di tahun yang sama, lahir anak pertamanya bernama Albert yang hidupnya harus dicukupi.
Namun, ketika Salim baru merintis usaha, Belanda tiba-tiba datang kembali ingin menjajah. Alhasil, terjadilah perang kemerdekaan antara tentara Indonesia melawan tentara Belanda. Rasa nasionalisme dan semangat tinggi membuat Salim 'turun gunung'. Bukan dengan angkat senjata, tetapi lewat berdagang dan menyuplai pasokan logistik tentara di Jawa Tengah.
Sebagaimana dipaparkan Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong dan Salim Group (2016), ketika itu banyak prajurit yang membutuhkan amunisi dan perbekalan selama perang. Dan Salim melihatnya sebagai peluang besar meskipun di sisi lain bermain di sektor ini sangat besar. Apabila ketahuan Belanda mendukung tentara Republik, dia bisa kena hukum. Namun, resiko itu tak bisa menghentikannya. Dia lebih suka berbisnis dengan orang Indonesia dibanding Belanda.
Salim lantas menjual kebutuhan pokok, seperti sabun, kopi, gula, beras, dan tembakau. Perlu diketahui ketika itu tidak ada sistem tender seperti sekarang. Alias, siapa cepat dia dapat. Dan Salim memanfaatkan betul sistem ini. Dia selalu menjadi pedagang pertama yang menjajakan barang kepada tentara. Alhasil, barang dagangannya pun selalu laku dibeli oleh tentara. Hingga akhirnya, mereka semua menjadi pelanggan tetap Salim.
Salim melakukan itu selama empat tahun pertempuran. Dia naik-turun gunung untuk menyuplai pasukan militer yang suka bersembunyi di kawasan Gunung Muria. Selama itu pula, dia banyak berkenalan dengan perwira tentara. Salah satunya adalah perwira urusan logistik bernama Sulardi. Salim awalnya tidak mengetahui latar belakang Sulardi. Baginya yang penting dia bisa berbisnis logistik dan dapat uang.
Meski begitu, belakangan baru diketahui Sulardi adalah sepupu dari Kolonel Soeharto. Dan barang-barang yang didapat dari Salim adalah untuk keperluan logistik pasukan kolonel Soeharto di Jawa Tengah. Dari sinilah, Soeharto senang dengan Salim.
"Liem adalah penyuplai logistik pasukan Kolonel Soeharto dan membuat prajurit terkesan dengan semangat, ketekunan, dan kepribadiannya," tulis Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam Liem Sioe Liong's Salim Group: The Business Pillar of Suharto's Indonesia (2016).
Mulanya, Liem tidak mengenal Soeharto secara dekat. Untuk urusan bisnis, dia hanya berkomunikasi dengan Sulardi. Namun, di tengah waktu Sulardi memperkenalkannya pada Soeharto. Tak ada yang istimewa dari pertemuan keduanya. Hanya sebatas pertemuan pedagang dan tentara. Namun kelak perkenalan inilah yang membuat hidup Salim di masa depan mengalami perubahan.
Setelah perang selesai pada 1949, Salim pindah ke Jakarta dan mulai serius mengembangkan bisnis berbekal modal keuntungan dari bisnis logistik tentara. Di sana dia memiliki usaha manufaktur dan berani mendirikan Bank WinduKentjana dan Bank VN Asia (Cikal bakal Bank Central Asia).
Pada saat bersamaan, Soeharto menjadi Panglima Diponegoro di Semarang. Rupanya dia tidak lupa pada Salim yang pernah berkenalan di masa perang. Soeharto yakin kalau Salim adalah pengusaha cerdas. Karenanya, jenderal itu kembali memanggil Salim untuk masuk ke dalam jaringan bisnisnya. Lewat perantara staf Soeharto, Sudjono Humardani, terbentuklah simbiosis mutualisme yang mengantarkan Salim menuju puncak kesuksesan.
Dari sinilah Salim mulai diberi kepercayaan oleh Soeharto untuk membantunya berbisnis. Puncaknya ketika Soeharto yang awalnya dikenal Salim sebagai prajurit biasa di masa perang kemudian menjadi Presiden Indonesia Ke-2. Pada titik inilah, Salim kemudian menjadi pilar bisnis Soeharto. Dia mendapat banyak proyek-proyek hingga bisa mendirikan konglomerasi besar bernama Salim Group.
Dari semula penyuplai logistik semasa perang dan berkenalan dengan tentara, Salim kemudian sukses menjadi orang terkaya di Indonesia selama Orde Baru.